Pengikut

Pengikut

Senin, 03 November 2014

Personnel manager Jakarta ,September 27 2014 PT Karya Indah Jl. H.R. Rasuna Said kav 27 Jakarta Selatan Dear Sir, In response to your advertisement in today’s issue of ‘Jakarta Post’ for a secretary to Junior, I wish to offer my self for the post. I am twenty two years old and used to work as a typist for two years. Having graduated from Academy of Secretary last year, I got a special job training for secretarial work for three months. Now I feel I have the necessary qualifications to fill the vacancy you offer. For your further information, I enclose herewith my curriculum vitae, a testimonial from my academy and a recent photograph of mine. I hope you will consider this application and grant me an opportunity of an interview. Yours faithfully, Dewi Putri Sihite

Rabu, 08 Oktober 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR Dewi Putri sihite S.Pd FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR Faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal . Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. a. Faktor Fisiologis 1. Faktor internal Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. meliputi : a. Faktor Fisiologis Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, dibedakan menjadi dua macam. (1) Keadaan tonus jasmani Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. (2) Keadaan fungsi jasmani/ fisiologi Fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. b. Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologis, antara lain: (1) Kecerdasan /intelegensia siswa Kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi 140 – 169 Amat superior 120 – 139 Superior 110 – 119 Rata-rata tinggi 90 – 109 Rata-rata 80 – 89 Rata-rata rendah 70 – 79 Batas lemah mental 20 -- 69 Lemah mental (2) Motivasi Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi dibagi menjadi dua: (a) Motivasi Intrinsik - Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; - Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju; - Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang- orang penting. - Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya. (b) Motivasi Ekstrinsik Faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya.Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. (3) Minat Menurut Reber (Syah, 2003) Minat (Interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (4) Sikap Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif (5) Bakat  Bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.  Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar. B. Faktor Eksternal/Eksogen Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. Faktor lingkungan sosial a. Lingkungan sosial sekolah. b. Lingkungan sosial masyarakat. c. Lingkungan sosial keluarga. 2. Lingkungan nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah: a. Lingkungan alamiah. b. Faktor instrumental. c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). salam dewi putri sihite
Personnel manager Jakarta ,September 27 2014 PT Karya Indah Jl. H.R. Rasuna Said kav 27 Jakarta Selatan Dear Sir, In response to your advertisement in today’s issue of ‘Jakarta Post’ for a secretary to Junior, I wish to offer my self for the post. I am twenty two years old and used to work as a typist for two years. Having graduated from Academy of Secretary last year, I got a special job training for secretarial work for three months. Now I feel I have the necessary qualifications to fill the vacancy you offer. For your further information, I enclose herewith my curriculum vitae, a testimonial from my academy and a recent photograph of mine. I hope you will consider this application and grant me an opportunity of an interview. Yours faithfully, Dewi Putri Sihite PERSONAL DETAILS Full Name : Dewi Putri Sihite Sex : Female Place, Date of Birth : Sileang Pangambatan, 24 Maret 1993 Nationality : Indonesia Marital Status : Single Height, Weight : 165 cm, 50 kg Health : Perfect Religion : Kristen Protestan Addres : Jl. Lari Marathon No.13 Sarua Permai Tangerang Selatan Mobile : +0878 -7102 -9941 E-mail : sihite_putri@yamil.com Motto : think smart and always pray Educational Background  1994 – 2000 : Elementary School No. 2 Sidomoro Gresik  2000 – 2003 : Junior High School No. 2 Nahdlatul Ulama Gresik  2003 – 2006 : Senior High School No.1 Nahdlatul Ulama Gresik  2006 – 2010 : Education Economy, Administration Officer at University of Surabaya CULTURAL INTEREST AND PHYSICAL RECREATION History, music, writting, reading, working out and swimming Secretary Skill Ms.Word, Ms, Excel, & Power Point I have two years working as joniur sekertary where my job is part correspondence and part of my administration can hope be

Kamis, 11 September 2014

Kamis, 10 Juli 2014

Rabu, 11 Juni 2014

BAB II KETURUNAN DAN LINGKUNGAN A. Arti Keturunan dan lingkungan 1. Keturunan Istilah keturunan yang sering pula dikatakan dengan pembawaan ataupun heredity adalah suatu faktor gejala alamiah ciptaan Tuhan. Anak manusia pada kenyataannya di dapati dengan jenis laki-laki ataupun perempuan dan dalam kelahirannya pun kita jumpai dalam wujud anak tunggal, kadang-kadang anak kembar dan dan lain sebagainya. Sebagai mahluk Tuhan kita menyakini bahwa kejadian itu semata-mata anugerah Tuhan kepada umat manusia yang sebenarnya kita tidak banyak mengetahui tentang apakah hakekatnya terjadi gejala-gejala alamiah yang semcam itu. Walaupun demikain sebagai mahluk Tuhan yang berakal sepanjang mungkin dapat terjangkau oleh penelitian otak manusia yang perlu kita pahami latar belakang daripada kenyataan tersebut. Setiap sel benih di dalam kandungan sang ibu mempunyai 48 pasang khromosom dan yang kemudian sel tersebut membelah dirinya menjadi dua belahan yang masing terdiri atas 24 tumbuh khromosom. Akan tetapi kemudian tiap-tiap sel belahan tadi biasanya hanya satu belahan saja yang mampu hidup terus, sedangkan belahan yang satunya lagi kematian sebelum dapat tumbuh terus. Dari belahan sel yang tumbuh terus inilah kemudian terbentukalah embrio manusia di dalam kandungan sang ibu. Walaupun demikian karena ketentuan Tuhan semata-mata mungkin saja dari kedua belahan masing-masing sel tersebut akan tumbuh bersama-sama, dimana keduanya mampu hidup terus. Dan apabila terjadi keadaan yang demikian maka embrio yang yang terjadi akan terdapat pula dua, sehinggga keadaan itu akan lahirlah kedua anak kembar dua atau twin, Keadaan kembar yang berasal dari satu sel yang menjadi dua itu dalam kenyataannya terdiri atas sepasang kembar laki-laki semua ataupun wanita. Kejadian kembar ini dinamakan kembar identik, karena sama jenis kelaminya. Mengapa? Kemungkinan lain dari hasil pembuahan itu terjadi pada dua buah sel, tiga atau lebih. Sedangkan kembar dengan dua jenis disebut dengan kembar bersaudara atau istilah fraternal twin. Seberapa jauh kuatnya pengaruh sifat keturunan yang berasal dari sang ayahnya ataupun dari ibunya, sangat bergantung pada pengaruh besarnya kwalitas gen dari masing-masing orang tua itu. Apa-apa yang diturunkan pihak orang tua kepada anaknya itu berdasarkan hasil perpaduan gen, tadi yang hanya mencakup ruang lingkup sifat-sifatnya juga struktur individunya. Dan sangat sedikit sekali menerobos kepada sifat-sifat ornag tua yang diperolehnya dari pada hasil-hasil pengalaman atau dari hasil belajar orang tua dengan lingkungannya. Dan dengan demikian maka sifat-sifat keturunan itu lebih cenderung kepada pola-pola yang sifatnya permanen, yaitu sifat-sifat yang tidak diperoleh kedua ornag tuanya melalui hasil belajar. Suatu pandangan tentang masalah keturunan ini dikemukakan oleh Gregor Mendel, sehingga pandangan ini dikenal sebagai hypothesa genetika Mendel yang antara lain mengemukakan bahwa: a. Tiap-tiap sifat mahluk hidup itu dikendalikan oleh faktor keturuanan. b. Tiap-tiap pasangan faktor keturunan menentukan bentuk alternative sesamanya. Dan satu daripada pasangan alternative itu memegang pengaruh yang besar. c. Pada waktu proses pembentukan sel-sel kelamin, maka pasangan faktor keturunan itu memisah. Dan tiap-tiap sel kelaminnya menerima salah satu faktor dari pasangan faktor keturunan itu. Gregor Mendel, mengadakan percobaan dengan cara mengawinkan bunga merah dengan bunga putih. Dan keturunannya memunculkan 25% bunga merah 25% bunga putih 50% bunga merah muda. 2. Lingkungan Semenjaka di dalam kandungan sang Ibu embrio manusia sudah berhadapan yang berupa berbagai cairan dan lain-lain, karena ia pun memperoleh sari makanan dan lain-lain melalui proses osmose. Akan tetapi yang akan kita bicarakan adalah mengenai lingkungan ini adalah lingkungan anak atau lingkungan manusia setelahnya berada di alam fana yang nyata ini. Istilah lingkungan dalam bidang psikologi ini hendaknya diartikan dalam suatu pengertian yang luas, di mana di dalamnya harus tercakup kepada segala apa yang berpengaruh pada diri individu manusia. Lingkungan disebut dengan miliu, environment atau pun di sebut juga dengan nurture yang dilawankan dengan is istilah nuture atau pembawaan. Sejak manusia lahir kedunia, anak manusia itu secara langsung berhadapan dengan lingkungannya, seperti: udara, cuaca sinar, bunyi-bunyian, ibu, ayah, saudara, sanak, familinya, yang terdekat sampai kerabat dan tetangga yang jauh. Apabila kita meninjau dari pada bentuknya maka lingkungan manusia itu pada pokoknya terdiri atas dua golongan, yaitu lingkungan atau lingkungan budaya atau cultural environment dan lingkungan sosial atau interpersonal environment. Demikian pembagian lingkungan tersebut antara lain: a. Lingkungan dalam yang meliputi: - Rasa lapar - Rasa haus - Rasa sakit - Rasa senang - Dan lain-lain b. Lingkungan luar: - Fisik : Tumbuh-tumbuhan, hewan. Gunung-gunug, rumah, makanan, minuman dan lain-lain - Sosial : Ayah, ibu, keluarga, teman-teman dan lain-lain. - Budaya : Bahasa, ilmu pengetahuan, karya, seni, adat istiadat, dan lain-lain. Spritual : Agama, keyakinan, ide-ide, kreativitas, dan lain-lain. Dengan lingkungan dalam, sebenarnya merupakan lingkungan yang berasal dari luar juga akan tetapi telah meresap ke dalam organisme manusia sehingga individu seolah-olah tidak merasakan lagi datangnya dari luar itu. Mkanan, minuman dan lain-lain yang masuk kedalam organisme manusia, menimbulkan cairan-cairan pada jaringan tubuh dan dimana termasuk di dalamnya juga hormone-hormon tertentu. Sebagai akibat pengaruh cairan-cairan dalam tubuh itu memungkinkan individu merasa lapar,haus, sakit, cinta, dan lain-lain sebagianya. Sedangkan mengenai lingkungan luar, adalah lingkungan yang benar-benar dapat kita ketahui melalui pengamatan yang nyata seperti apa adanya. Demikian pembagian lingkungan wujud kenyataanya, akan tetapi kesemuaannya dapat berpengaruh memberikan ransangan atau stimulus bagi individu. Dan dengan demikian maka pendidikan pun merupakan suatu lingkungan bagi indiviidu yang sangat besar perannya. B. Pengaruh keturunan dan lingkungan bagi individu - Pengaruh faktor keturunan Keturunan sebagai faktor pembawaan yang dibawa oleh setiap insan individu sejak dalam kandungan, maka setelah kelahirannya mengandung beberapa potensi yang perlu dikembangkan dalam masa pertumbuhannya. Ada suatu pandanngan yang sangat berlebihan mengenai pentingnya peranan pengaruh keturunan atau pembawaan bagi perkembangan individu itu seperti yang dikemukakan oleh Schoupenhaur dengan azas nativesmenya. Azas ini menyatakan bahwa: “manusia itu tidak berubah-ubah dan ahlak manusia itu tetap seumur hidup, ia tetap sebagai semula”. Pandangan azas ini menunjukkan bahwa seolah-olah tidak mengacuhkan sama sekali kepada faktor-faktor lainnya dan hanya keturunanlah atau pembawaanlah yang menentukan sifat dan tingkah laku individu. Dalam hubungannya dengan pandangan diatas,m tentunya kita tidak akan sependapat dengan mengingat ekstrimnya pendapat tersebut dengan tidak menerima kemungkinan-kemungkinan terhadap pengaruh lain bagi terbentuknya ciri-ciri tingkah laku individu tersebut. Walaupun demikian kita perlu mengetahui ciri-ciri tingkah laku yang bagaimana saja yang mungkin kita turunkan sebagai fakktor p[embawaan dari pihak orang tua kepada anak-anaknya itu? a. Azas Reproduksi Menurut azas ini bahwa kecakapan dari masing-masing ayah atau ibunya tidak dapat diturunkan kepada anak-anaknya karena kecakapan dalam tingkah laku manusia itu pada umumnya merupakan hasil belajar masing-masing orang tua dari pada lingkungannya. Sifat-sifat tingkah laku yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya hanyalah bersifat reproduksi, yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih saja. Dan dengan demikian bukan didasarkan atas dasar sifat-sifat tingkah laku yang diperoleh orang tua karena hasil belajar atau dengan melalui interaksi dengan lingkungannya. b. Azas Variasi Azas variasi menjelaskan bahwa penurunan sifat pppembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan didapati berbagai variasi, baik mengenai kwantitasnya maupun yang berkenaan dengan kualitasnya. Terjadinya keadaan demikian itu disebabkan karena bahwa terjadinya pada waktu pembuahan, maka komposisi gen-gennya selalu berbeda. Mengapa bisa terjadi demikian, kiranya belum banyak terjangkau oleh ilmu pengetahuan mannusia. Hanya yang mungkin bisa dijadikan alasan, mungkin karena kondisi dan situasinya yang berubah-ubah dan lain-lain. Dari atas ini mennunjukkan bahwa akan didapati beberapa perbedaan diantara sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku individu dari orang yang bersaudara, walaupun bersal dari ayah dan ibu yang sama. Dan akibatnya mungkin terjadi bahwa kakaknya lebih banyak menyerupai sifat-sifat dan tingkah laku ibunya, sedangkan adiknya lebih banyak mennyerupai sifat dan tingkah laku ayahnya dan seterusnya. c. Azas Regresi Filial Azas ini merupakan dapat diketahui bahwa sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku kedua orang tuanya. Adanya penyurutan ini disebabkan karena perpaduan pembawaan ayah dan ibunya menimbulkan gaya tarik-menarik daripada keduanya. Dan tingkah laku serta sifatnya anaknya akan didapati sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari sifat-sifat ibunya. Sedangkan perbandingannya mana yang lebih besar antara sifat-sifat ayah dan ibunya ini sangat bergantung kepada daya kekuatan tarik menarik daari pada masing-masing sifat keturunan tersebut. d. Azas Jenis Menyilang Menurut azas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Dan ini berarti bahwa pada kenyataannya akan dijumpai seorang anak perempuan akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan tingkah laku ayahnya, sedangkan bagi anak laki-laki lebih banyak memiliki sifat pada ibunya. e. Azas Konformitas Berdasarkan azas ini bahwa seseorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri dan tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya. Dan demikian kenyataannya bahwa misalnya orang Eropa akan menyerupai sifat-sifat seperti orang eropa lainnya dibandingkan dengan orang-orang Asia lainnya. Sebagai suatu gambaran bahwa pengemukaan beberapa azas seperti tersebut di atas adalah semata-mata untuk suatu perbandingan berkenaan dengan cirri-ciri dan sifat-sifat tingkah laku yang mungkin diturunkan dan memegang peranan bagi keturunannya. - Pengaruh Faktor Lingkungan Lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi bagi pengembangan sifat dan tingkah laku individu setelahnya ia mengenal alam hidup di dunia sekitarnya. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empiri yang berarti pengalaman, karena dennggan lingkungan itu individu mulia mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pada pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya. Suatu pandangan yang ekstrim terhadap yang sangat mementingkan faktor lingkungan kita jumpai pada pandangan teori empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke. Teori empirisme ini dikenal pula dengan sebutan teori tabula rasa, yaitu yang menyatakan bahwa anak manusia itu bagaikan meja yang dilapisi lilin putih atau bagaikan kertas putih sehingga warna apapun bisa menghiasinya. Dan kalau meja berlilin putih ini dianggap sebagai individu menurut quadratnya dan warna yang melekat padanya itu berbuat corak apa saja bagi individu yang bersangkutan. Pandangan demikian mempunyai arti pula bahwa faktor pembawaan ataupun keturunan itu tidak mempunyai arti apa-apa bagi perkembangan individu. Sejauh mana pengaruh lingkungan bagi diri individu, dapat kita akui pada uraian berikut dan yang pada pokoknya meliputi dua sasaran; a. Lingkungan membuat individu sebagai mahluk sosial Dengan lingkungan pula pada uraian ini dimaksudkan hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai mahluk sosial yang dalamn keadaan bergaul suatu dengan yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat menusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai dalam arti bahwa ia tidak mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamannya. b. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu Lingkungan dengan aneka ragam kenyataannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjdai kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk kepribadian seseorang, karena manusia hidup adalah mannusia yang berpikir dan serba ingin tahu dan rasa ingin mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya itu. Lingkungan sebagai wajah budaya bagi individu berrati pula bahwa individu sendiri berperan sebagai pusat dari pada lingkungan tersebut. Dan dengan individu menjadi pusat lingkungan, maka individu dalam berhadapan dengan lingkungan tersebut memungkinkan timbulnya peranan lingkungan bagi individu sebagai berikut: a. Lingkungan sebagai alat individu Dalam hal ini lingkungan sangat berpengaruh terhadap bagi perubahan sifat-sifat dan tingkah laku karena lingkungan itu dapat menjadi alat untuk kepentingan individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan menjadi alat kepentingan sosial dalam pergaulan Contohnya:air dapat dijadikan untuk membersihkan diri, air dapat menjadi minuman untuk kelangsungan hidup, dan secangkir the bisa menjamu teman-teman dalam pergaulan sosial. b. Lingkungan sebagai tantangan bagi individu Lingkungan dapat berpengaruh untuk mengubah sifat dan tingkah laku. Karena itu lingkungan juga merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Contohnya: air bisa berguna buat masyrakat dan air banjir dimusim hujan melahirkan manusia untuk mengatasinya. c. Lingkungan sebagai suatu yang diikuti individu Sifat manusia senantiasa ingin mengetahui sesuatu dan ingin mencoba sesuatu dalam batas kemampuannya. Lingkungan yang beraneka ragam bisa membuat daya tarik kepada individu untuk mencoba mengikutinya. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan anak rajin belajar maka otomatis ia akan mengikutinya sedikit, sehingga lama kelamaan ia sendiri berubah sifatnya menjadi anak yang rajin pula. d. Lingkungan obyek penyesuaian bagi individu Usaha penyesuaian diri atau adaptasi terhadap lingkungan itu terdapat dua bentuk, seperti: dengan cara autoplastis dan alloplastis. Penyesuaian diri dengan cara alloplastis, berarti bahwa individu berusaha agar lingkungannya itu sesuai dengan dirinya. Dapat pula melalui “manipulation” yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan dingin itu menjadi hangat sehingga sesuai dengan dirinya. Kadang juga melalui ‘Lokomotion” yaitu dengan cara menjauhkan diri dangan lingkungan yang bersangkutan. Sedangkan autoplastis ialah penyesuaian diri di mana individu berusa agar dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang bersangkutan. C. Hubungan Keturunan dan lingkungan Menurut teori nativisme faktor keturunanlah yang paling besar, pengaruhnya bagi perkembangan sikap dan tingkah laku individu, sedangkan faktor lannya tidak mempunyai pengaruh yang berarti baginya. Sebaliknya pandangan teori empirisme beranggapan hanya lingkungan atau pendidikanlah yang paling besar pengaruhnya dengan kurang mengacuhkan kepada peranan dari pada faktor-faktor yang lainnya. Di lain pihak ada pandangan yang mengambil jalan tengah dan mengambil garis penyesuaian diri kedua pandangan yang ekstrim di atas, yaitu apa yang dinamakan teori konvergensi yang dikemukakan oleh William Stren menyatakan bahwa antara pembawaan dan lingkungan itu kedua-duanya sama-sama mempunyai pengaruh yang sesuai bagi perkembangan dan cirri-ciri tingkah laku individu. Dengan kata lain teori ini memberikan nilai yang sama bagi faktor keturunan dan lingkungan, sehingga sikap dan sifat tingkah laku individu itu merupakan gabungan integrasi dari dua belahan yang sama kwantitas dan kwalitanya. Hubungan antar faktor lingkungan dengan keturunan itu adalh sebagi berikut: - Bahwa faktor keturunan maupun faktor lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh yang penting abgi perkembangan tingkah laku individu. - Mengenai awal sesuatu yang menjadi pembawaan atau keturunan yang mungkin diturunkan itu hanya potensi-potensi dasar struktur individu yang bersifat psikis dan fesis semata. - Bahwa mengingat faktor lingkungan itu cukup luas dimana setiap individu mempunyai kesempatan belajar dari lingkungannya sampai seumur hidupnya, maka kecenderungan adanya pengaruh lingkungan nampak lebih besar dari pada pengaruh faktor keturunan. - Bahwa hubungan interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan di dalam pengembangan tingkah laku individu itu perlu dimantapkan bimbingannya. D. Kematangan Istilah kematangan berasal dari kata “maturatin” yang sering dilawankan “immaturation” yang artinya tidak matang. Seorang bayi yang lahir sebelum waktunya dikatakan “premature” artinya bahwa abyi itu lahir belum mencapai 270 hari berada dalam kandungannya. Kematangan itu merupakan suatu potensi yang dibawa individu, timbul bersatu dengan pembawaannya dan turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Kematangan mula-mula merupakan suatu hasil daripada adanya perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu seperti misalnya, adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang dapt kita namakan dengan sebutan kematangan biologis. Kematangan terjadi pula pada aspek-aspek psikis yang meliputi keadaan pola berpikir, rasa, kemauan, dan lain-lain dan kematangan pada aspek psikis ini diperlukan adanya latihan-latihan belajar tertentu.
. Fakta Sebagai Unsur dalam Penalaran Ilmiah Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru. Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian. Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi. 1). Klasifikasi Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik. Perlu diingat bahwa klasifikasi atau penggolongan (pengelompokkan) berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Tetapi klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri atau kriteria yang ada dari fakta-fakta yang diteliti. 2). Jenis Klasifikasi Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: • Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous classification dichotomy). • Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri. 3). Persyaratan Klasifikasi Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan: • Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala) yang diklasifikasikan. • Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya. • Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali. Selain itu dalam aspek fakta agar dapat membuat kesimpulan yang sah tentang sifat golongan tertentu yang berdasarkan satu atau beberapa yang diamati, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai klasifikasi – yang sudah dijelaskan sebelumnya –, generalisasi dan spesifikasi, analogi, dan hubungan sebab-akibat. 1). Generalisasi dan Spesifikasi, Dari sejumlah fakta atau gejala yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu dibuktikan dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut. Ungkapan yang biasa digunakan dalam generalisasi adalah: biasanya, pada umumnya, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang digunakan dalam penunjang generalisasi adalah: misalnya, sebagai contoh, untuk menjelaskan hal itu, sebagai bukti, dan sebagainya. Fakta-fakta penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf dalam tulisan yang mencamtumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis. Dan generalisasi mungkin mengemukakan fakta (disebut generalisasi faktual) atau pendapat (opini). 2). Analogi, persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain atau membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang terdapat di antara keduanya. Analogi terdiri dari dua macam, pertama analogi penjelas (deklaratif) yaitu perbandingan untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah dikenal, tetapi hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru, kedua analogi induktif yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan (referensi) tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Jadi, dalam analogi induktif yang perlu diperhatikan adalah persamaan yang dipakai merupakan ciri-ciri esensial penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan. 3). Hubungan Sebab Akibat, hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. • Penalaran sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui. • Penalaran akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui. • Penalaran akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat tersebut dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu. Ilustrasi/Gambar bersumber dari Google B. Salah Nalar Kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran disebut sebagai salah nalar. Ada dua jenis kesalahan menurut penyebabnya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi dan proses penalarannya yang merupakan kesalahan formal. a). Kesalahan Informal Kesalahan informal biasanya dikelompokkan sebagai kesalahan relevansi. Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan. Yang termasuk ke dalam jenis kesalahan ini adalah: • Argumentum ad Hominem, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada diri orang". Artinya, kesalahan itu terjadi bila seseorang mengambil keputusan atau kesimpulan tidak berdasarkan penalaran melainkan untuk kepentingan dirinya, dengan mengemukakan alasan yang tidak logis. • Argumentum ad Baculum, kesalahan yang terjadi apabila suatu keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman atau tindak kekerasan. • Argumentum ad Verucundiam atau Argumentum Adictoritatis, kesalahan yang terjadi apabila seseorang menerima pendapat atau keputusan dengan alasan penalaran melainkan karena yang menyatukan pendapat atau keputusan itu adalah yang memiliki kekuasaan. • Argumentum ad Populum, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada rakyat". Artinya, argumentasi yang dikemukakan tidak mementingkan kelogisan; yang penting agar orang banyak tergugah. Hal ini sering dilakukan dalam propaganda. • Argumentum ad Misericordiam, argumentasi dikemukakan untuk membangkitkan belas kasihan. • Kesalahan Non-Causa Pro-Causa, kesalahan ini terjadi jika seseorang mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya merupakan sebab atau bukan sebab yang lengkap. • Kesalahan Aksidensi, kesalahan terjadi akibat penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental, yaitu suatu keadaan atau kondisi kebetulan, yang tidak seharusnya, atau mutlak yang tidak cocok. • Petitio Principii, kesalahan ini terjadi jika argumen yang diberikan telah tercantum di dalam premisnya. Kadang-kadang petitio principii ini berwujud sebagai argumentasi berlingkar: A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D dan D disebabkan A. • Kesalahan Komposisi dan Divisi, kesalahan komposisi terjadi jika menerapkan predikat individu kepada kelompoknya sementara kesalahan divisi terjadi jika predikat yang benar bagi kelompok dikenakan kepada individu anggotanya. • Kesalahan karena Pertanyaan yang Kompleks, pertanyaan yang dimaksud ini bukan dinyatakan dengan kalimat kompleks saja, namun yang dapat menimbulkan banyak jawaban. • Non Secuitur (Kesalahan Konsekuen), kesalahan ini terjadi jika dalam suatu proposisi kondisional terjadi pertukaran anteseden dan konsekuen. • Ignoratio Elenchi, kesalahan ini sama atau sejenis dengan argumentum ad Hominem, ad Verucundiam, ad Baculum, dan ad Populum yaitu tidak ada relevansi antara premis dan kesimpulannya. b). Kesalahan Formal Kesalahan ini berhubungan erat dengan materi dan proses penarikan kesimpulan baik deduktif maupun induktif. 1). Kesalahan Induktif Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses induktif. Kesalahan ini terjadi karena: • Generalisasi yang terlalu luas. • Hubungan sebab akibat yang tidak memadai. • Kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik. 2). Kesalahan Deduktif • Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi adalah kesalahan premis mayor yang tidak dibatasi. • Kesalahan term keempat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan. • Kesimpulan terlalu luas atau kesimpulan lebih luas dari pada premisnya. • Kesalahan kesimpulan dari premis-premis negatif.
. Fakta Sebagai Unsur dalam Penalaran Ilmiah Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru. Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian. Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi. 1). Klasifikasi Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik. Perlu diingat bahwa klasifikasi atau penggolongan (pengelompokkan) berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Tetapi klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri atau kriteria yang ada dari fakta-fakta yang diteliti. 2). Jenis Klasifikasi Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: • Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous classification dichotomy). • Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri. 3). Persyaratan Klasifikasi Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan: • Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala) yang diklasifikasikan. • Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya. • Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali. Selain itu dalam aspek fakta agar dapat membuat kesimpulan yang sah tentang sifat golongan tertentu yang berdasarkan satu atau beberapa yang diamati, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai klasifikasi – yang sudah dijelaskan sebelumnya –, generalisasi dan spesifikasi, analogi, dan hubungan sebab-akibat. 1). Generalisasi dan Spesifikasi, Dari sejumlah fakta atau gejala yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu dibuktikan dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut. Ungkapan yang biasa digunakan dalam generalisasi adalah: biasanya, pada umumnya, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang digunakan dalam penunjang generalisasi adalah: misalnya, sebagai contoh, untuk menjelaskan hal itu, sebagai bukti, dan sebagainya. Fakta-fakta penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf dalam tulisan yang mencamtumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis. Dan generalisasi mungkin mengemukakan fakta (disebut generalisasi faktual) atau pendapat (opini). 2). Analogi, persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain atau membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang terdapat di antara keduanya. Analogi terdiri dari dua macam, pertama analogi penjelas (deklaratif) yaitu perbandingan untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah dikenal, tetapi hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru, kedua analogi induktif yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan (referensi) tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Jadi, dalam analogi induktif yang perlu diperhatikan adalah persamaan yang dipakai merupakan ciri-ciri esensial penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan. 3). Hubungan Sebab Akibat, hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. • Penalaran sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui. • Penalaran akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui. • Penalaran akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat tersebut dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu. Ilustrasi/Gambar bersumber dari Google B. Salah Nalar Kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran disebut sebagai salah nalar. Ada dua jenis kesalahan menurut penyebabnya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi dan proses penalarannya yang merupakan kesalahan formal. a). Kesalahan Informal Kesalahan informal biasanya dikelompokkan sebagai kesalahan relevansi. Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan. Yang termasuk ke dalam jenis kesalahan ini adalah: • Argumentum ad Hominem, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada diri orang". Artinya, kesalahan itu terjadi bila seseorang mengambil keputusan atau kesimpulan tidak berdasarkan penalaran melainkan untuk kepentingan dirinya, dengan mengemukakan alasan yang tidak logis. • Argumentum ad Baculum, kesalahan yang terjadi apabila suatu keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman atau tindak kekerasan. • Argumentum ad Verucundiam atau Argumentum Adictoritatis, kesalahan yang terjadi apabila seseorang menerima pendapat atau keputusan dengan alasan penalaran melainkan karena yang menyatukan pendapat atau keputusan itu adalah yang memiliki kekuasaan. • Argumentum ad Populum, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada rakyat". Artinya, argumentasi yang dikemukakan tidak mementingkan kelogisan; yang penting agar orang banyak tergugah. Hal ini sering dilakukan dalam propaganda. • Argumentum ad Misericordiam, argumentasi dikemukakan untuk membangkitkan belas kasihan. • Kesalahan Non-Causa Pro-Causa, kesalahan ini terjadi jika seseorang mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya merupakan sebab atau bukan sebab yang lengkap. • Kesalahan Aksidensi, kesalahan terjadi akibat penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental, yaitu suatu keadaan atau kondisi kebetulan, yang tidak seharusnya, atau mutlak yang tidak cocok. • Petitio Principii, kesalahan ini terjadi jika argumen yang diberikan telah tercantum di dalam premisnya. Kadang-kadang petitio principii ini berwujud sebagai argumentasi berlingkar: A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D dan D disebabkan A. • Kesalahan Komposisi dan Divisi, kesalahan komposisi terjadi jika menerapkan predikat individu kepada kelompoknya sementara kesalahan divisi terjadi jika predikat yang benar bagi kelompok dikenakan kepada individu anggotanya. • Kesalahan karena Pertanyaan yang Kompleks, pertanyaan yang dimaksud ini bukan dinyatakan dengan kalimat kompleks saja, namun yang dapat menimbulkan banyak jawaban. • Non Secuitur (Kesalahan Konsekuen), kesalahan ini terjadi jika dalam suatu proposisi kondisional terjadi pertukaran anteseden dan konsekuen. • Ignoratio Elenchi, kesalahan ini sama atau sejenis dengan argumentum ad Hominem, ad Verucundiam, ad Baculum, dan ad Populum yaitu tidak ada relevansi antara premis dan kesimpulannya. b). Kesalahan Formal Kesalahan ini berhubungan erat dengan materi dan proses penarikan kesimpulan baik deduktif maupun induktif. 1). Kesalahan Induktif Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses induktif. Kesalahan ini terjadi karena: • Generalisasi yang terlalu luas. • Hubungan sebab akibat yang tidak memadai. • Kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik. 2). Kesalahan Deduktif • Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi adalah kesalahan premis mayor yang tidak dibatasi. • Kesalahan term keempat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan. • Kesimpulan terlalu luas atau kesimpulan lebih luas dari pada premisnya. • Kesalahan kesimpulan dari premis-premis negatif. dewi sihite
B. Pengertian tentang psikologi Istilah psikologi dari pada istilah dalam bahasa Inggris Psychology. Yang berarti terdiri dari atas kata psyche dan logy yang berarti ilmu. Psyche dapat diartikan sebagai prinsip hidup, diartikan pula sebagai jiwa, di mana di dalamnya termassuk pula proses-proses kesadaran dna ketidaksadaran. Dengan demikian dapat pula diartikan sebagai ilmu jiwa. Akan tetapi defenisi yang sederhana ini akan menimbulkan suatu masalah baru, dimana apabila kita artikan sebagai ilmu jiwa maka tentunya kita harus mengetahui tentang apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ilmu jiwa itu; Padahal masalah jiwa adalah semata-,mata urusan Tuhan dan tidak dapat di jangkau oleh pengetahuan manusia ataupun setidak-tidaknya sampai dewasa ini dapat dikatakan belum terjangkau oleh pengetahuan manusia. Dalam mempelajari psikologi ini akan lebih banyak kita mengadakan pengenalan terhadap gejala-gejala tingkah laku, sehingga timbul kecenderungan banyak orang untuk memberikan defenisi bahwa psikologi itu sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala tingkah laku manusia, bahkan sampai gejala-gejala tingkah laku binatang dan pri kehidupan tumbuh-tumbuhan. Demikian pendapat ini dikemukakan oleh aliran psikologi behaviorisme yang dipelopori oleh J.B. Watson yang berpengaruh pada puncak tahun 1919-1930, akan tetapi ahli-ahli psikologi kemudian sampai dewasa ini senantiasa bertolak dan mengembangkan aliran behaviourisme tersebut walaupun dengan sebutan aliran yang lain dari titik tolak aliran yang semula. Arti psikologi dalam kaitannya dengan ilmu keguruan mempunyai sasaran arti yang diarahkan untuk mempelajari gejala-gejala umum tingkah laku manusia dalam arti anak didik, baik secara individual maupun tingkah laku kelompok yang berada dalam situasi belajar dan mengajar. Dan semuanya itu akan memberikan bekal dasar bagi para calon guru dalam mennghadapi praktek di dalam situasi yang bersangkutan. C. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI Metode dalam psikologi, berarti suatu cara untuk mengumpulkan data yang berkenan dengan gejala-gejala psikolgi baik yang diperoleh melalui cara individual maupun kelompok. Di dalam menggunakan sesuatu metode tertentu kadang-kadang di perlukan teknik-tehnik tertetu pula agar pelaksanaan metode itu lebih berhasil dan lebih terperinci serta mendalam apa yang diharapkannya. Metode-metode psikologi yang pada umumnya digunakan, khususnya psikologi yang dikaitkan dengan program keguruan antara lain bisa dikemukakan seperti: instropeksi, biografi observasi, penelitian keturuanan, eksperimen dan lain-lain. Sedangkan tehniknya antara lain bisa digunakan seperti misalnya tehnik wawancara, test, angket, sosiometri, dan lain-lain. 1. Metode Introspeksi Introspeksi berasal dari kata intros, artinya dalam dan spektare artinya mengamati. Dengan metode ini berarti mengadakan penelitaian terhadap diri sendiri yang dilakukan secara individual yang bersangkutan selesai tingkah laku. Dan oleh karena penelitan terhadap diri sendiri itu dilakukan setelah perbuatannya berlangsung maka, metode ini disebut juga dengan sebutan metode retrospeksi, artinya penelitian kembali. Penggunaan metode ini akan berhasil, apabila dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang psikologi dan orang mampu berbuat jujur terhadap dirinya sendiri. 2. Metode Observasi Metode ini disebut juga dengan metode ekstrospeksi, yang artinya mengadakan penelitian terhadap orang lain. Untuk pelaksanan metode observasi selain harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan luas dalam bidang psikologi, juga dalam pelaksanaanya perlu menggukan teknik-teknik tertentu yang lebih sesuai dengan orang-orang yang diselidikinya. Metode ini dapat dilakukan seperti: wawancara, test, dan lain-lain. 3. Metode Biografi Biografi berarti riwayat hidup seseorang. Dengan metode biografi berarti mempelajari riwayat hidup seseorang yang datanya digunakan untuk mengambil kesimpulan tentang suasana kehidupan psikis orang bersangkutan. Tehnik-tehnik dalam metode biografi ini dan digunakan seperti dengan cara mempelajari karangan-karangannya, buku-bukunya, buku harian, dan lain-lain. Biografi yang ditulis sendiri dinamakan otobiografi. Metode biografi baik akan berhasil apabila ditulis oleh orang-orang yang jujur dalam arti obyektif serta memahami pengetahuan psikologi, sehingga nilai biografinya mejadi obyektif dan setiap aspek hidup yang dikemukakannya akan mudah ditangkap mengenai asppek-aspek psikologinya. 4. Penelitian Keturuanan Metode penilitian keturunan berarti mempelajari psikolgi yang didasarkan atas gejala-gejala tingkah laku individu ditinjau dari pada perkembangan yang berkelangsungan. Dalam pengguanaan metode ini biasanya dipergunakan dua jenis tehnik, yaitu: secara horizontal dan teknik vertical. Dengan teknik horizontal atau disebut juag dengan teknik cross sectional, bahwa penilitiannya dilakukan dengan mengambil beberapa aspek psikolgi terhadap beberapa atau sekelompok individu yang usianya sebaya, bahkan mungkin pula terhadap jenis kelaminnya pula. Aspek-aspek yang diteliti menyeluruh, melainkan misalnya hanya terhadap aspek berpikir, aspek tingkah laku sosial dan sebagainya. Sedangkan dengan teknik vertical atau disebut pula dengan teknik longitudinal, penelitiannya dilakakukan dengan cara mengikuti perkembangan psikologis seseorang atau sekelompok individu yang berlangsung dari tahun ketahun. 5. Eksperimen Eksperimen sebagai metode penilitian psikolgis mula-mula dikemukakan oleh Wilhem Wunt tahun 1897 di laboratorium. Pada pokoknya eksperimen ini digunakan dua jenis kelompok penelitian, dimana kelompok yang satu digunakan sebagai kelopok yang benar-benar untuk diselidiki atau kelompok eksperimen. Sedangkan satu kelompok yang lainnya digunakan untuk mengontrol atau kelompok control. Kedua kelompok diatas harus ditentukan sama dalam arti sama dalam usianya, sama pendidikannya, sama dalam statusnya, di dalam pergaulan sosial dan lainnya-lainnya. Bagi kelomok eksperimen kemudian diberikan beberapa faktor tertentu dalam eksperimen seperti yang dinamakan dalam istilah faktor-faktor eksperimen atau independent variabel. Kemudian kedua kelompok tersebut diberi tugas untuk mengerjakan tugas yang sama. Apabila hasilnya ternyata terdapat perbedaan, maka perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya faktor eksperimen tersebut. Dalam hubungannya dengan teknik-teknik daripada metode psikologi diatas sekedarnya berikut dikemukakan beberapa hal yang dianggap perlu diantaranya: a. Teknik Wawancara Wawancara atau interview merupakan teknik untuk pengumpulan data dari pada individu dengan melakukan tanya jawab secara berhadap-hadapan. Ditinjau dari pada isi data masalahnya, maka wawancara ini tidak dapat dibagi menjadi secara langsung dan tidak langsung sifatnya. Wawancara sifatnya langsung, berarti bahwa wawancara itu dilakukan terhadap individu yang hendak diselidiki; Sedangkan wawancara yang sifatnya tidak langsung, yaitu bilamana wawancara itu dilakukan terhadap individu lain yang dapat memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan dari pada individu yang hendak diselidiki. b. Teknik Angket Angket sebagai suatu teknik pengumpulan data dilakukan secara tertulis dan bisa digunkan untuk sekelompok individu secara sekaligus. Angket ini berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab tertulis ataupun berupa dafar isian yang harus diisi oleh individu yang akan diselidiki ataupun individu lain yang dianggap tepat mampu memberikan keterangan-keterangan untuk individu yang diselidiki itu. Dan oleh karena itu maka dalam angket pun dapat pula digunakan angket langsung dan tidak langsung. c. Test Psikologis Test sebagai suatu teknik pengumpulan data adalah berupa suatu daftar pertanyaan yang telah disusun secara cermat dan sistematis. Test psikologis ini pada umumnya telah disusun menuju sasaran-sasaran tertentu misalnya mengenai bakat, minat, intelegensi, kepribadian, dan lain-lain. Ditiap-tiap fakultas ataupun sekolah biasanya tersedia bagian psikologi ini untuk dapat m,melayani kebutahan yang memerlukannya. d. Sosiometri Sosiometri merupakan teknik pengumpulan data baik bagi individu maupun kelompok individu dalam hubungannya dengan pergaulan sosial di dalam lingkungannya. Dengan teknik ini di dalam sekelompok pergaulan sosial individu-individunya ditugaskan untuk menuliskan sejumlah tertentu dari teman-teman yang ia senangi, dan disusun menurut urutannya. Peneliti harus menjamin kerahasiannya agar anak tersebur dapat secara bebas menentukan pilihannya. Atas dasar data tersebut lalu diolah, sehingga penelitiaan akan dapat mengetahui kedudukan tiap-tiap anak dalam pergaulan sosialnya. BAB II
AKUNTANSI Laporan Arus Kas 1. PENGERTIAN LAPORAN ARUS KAS Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan. Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya. Misalkan menjual jasa aeronautika dan non aaeronautika. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk biaya tersebut. Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan. Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang kepada mereka. 1. BENTUK/METODE PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi. Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode Langsung PT ABC LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007 (dalam Rupiah) Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi : Kas yang diterima dari pelanggan 951.000 Dikurangi : Kas untuk membeli persediaan 555.200 Kas untuk membayar biaya operasi 259.800 Kas untuk membayar biaya bunga 14.000 Kas untuk membayar pajak 29.000 858.000 Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000 Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi : Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000 Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000) (82.000) Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi Aliran kas dari kegiatan keuangan : Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000 Dikurangi : Kas untuk membayar dividen 23.000 Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000 148.000 Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000 Kenaikan kas 23.000 Saldo kas pada awal tahun 26.000 Saldo kas pada akhir tahun 49.000 Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluara kas. Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi. SOAL LATIHAN Kegiatan operasi adalah transaksi yang berpengaruh pada net income, sementara itu kegiatan investasi adalah transaksi yang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya investasi pada harta tidak lancar serta kegiatan pendanaan/keuangan adalah transaksi yang mempengaruhi besarnya hutang jangka panjang dan kepentingan pemilik perusahaan. Anda diminta untuk : 1. Menentukan apakah masing-masing transaksi di bawah ini merupakan kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. 2. Menentukan apakah telah terjadi penambahan atau pengurangan atau tidak memepengaruhi kas perusahaan. No. Transaksi Jenis Kegiatan Pengaruhnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Membayar biaya sewa ruangan Membayar dividen kepada pemilik Membayar gaji karyawan Membeli barang dagangan dan membayar harga barang Menjual barang dan menerima hasilnya Membeli aktiva tetap dan membayarnya Membeli aktiva tetap dan membayarnya dengan mengeluarkan saham Menjual saham perusahaan di atas harga nominal Kegiatan Operasi Pengurangan No. Transaksi Jenis Kegiatan Pengaruhnya 9. 10. 11. 12. Membayar bunga pinjaman obligasi Meminjam uang dari bank Membayar hutang obligasi Membayar hutang dagang Metode Tidak Langsung PT ABC LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007 (dalam Rupiah) Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi : Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500 Ditambah : Biaya depresiasi 18.000 Penurunan persediaan kantor 8.000 Kenaikan hutang jangka pendek 16.800 Kenaikan hutang biaya 1.200 44.000 Dikurangi : Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000 Kenaikan piutang usaha 9.000 Penurunan hutang pajak 1.500 Laba penjualan aktiva tetap 30.000 41.500 Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000 Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi : Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000 Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000) (82.000) Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi Aliran kas dari kegiatan keuangan : Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000 Dikurangi : Kas untuk membayar dividen 23.000 Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000 148.000 Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000 Kenaikan kas 23.000 Saldo kas pada awal tahun 26.000 Saldo kas pada akhir tahun 49.000 Jika kita amati contoh di atas, terlihat bahwa perbedaan antara metode langsung dengan metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi, sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah sama penyajiannya. 1. DATA UNTUK MENYUSUN LAPORAN ARUS KAS Aliran kas yang dilaporkan disajikan dalam tiga kelompok besar kegiatan yaitu kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan. Untuk mempermudah penyusunan laporan arus kas untuk masing-masing kelompok kegiatan maka perlu diperhatikan informasi yang relevan sebagai berikut : No. Menyusun Arus Kas Dari Informasi yang Relevan 1. Kegiatan Operasional 1. Laporan Laba Rugi 2. Saldo awal dan saldo akhir harta lancar 3. Saldo awal dan saldo akhir hutang lancar selain hutang dividen 4. Data tambahan (jika ada) 2. Kegiatan Investasi 1. Saldo awal dan saldo akhir investasi dan aktiva tetap 2. Data tambahan (jika ada) 3. Kegiatan Keuangan 1. Saldo awal dan saldo akhir dari Modal dan Hutang Jangka Panjang serta Laba Ditahan 2. Saldo awal dan saldo akhir Hutang Dividen 3. Data tambahan (jika ada) 1. MEMBACA LAPORAN ARUS KAS Semula banyak pengguna laporan keuangan yang lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada laporan Laba Rugi dan Neraca. Laporan Laba Rugi menggambarkan hasil usaha perusahaan selama periode tertentu. Sementara itu Neraca menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu. Akhir-akhir ini disadari cara mengelola kas perusahaan juga perlu dievaluasi yaitu dengan cara mengevaluasi laporan arus kas. Sebelum melihat bagaimana perusahaan dikelola kasnya, perlu disadari bahwa untuk membaca laporan keuangan secara tepat perlu dipahami cara penyajian informasi arus kas. Pada metode langsung, arus kas dari operasi dirinci sumber –sumbernya dan demikian juga dengan pengeluaran kas sehingga laporan itu akan mudah dipahami dengan tepat. Pada metode tidak langsung, laporan arus kas dari operasional diawali dengan net income, kemudian net income tersebut dikoreksi dengan hal-hal/item-item tertentu yang diperlakukan berbeda antara dalam penyusunan laporan laba rugi (yang menghasilkan net income) dengan laporan arus kas. Dalam menyusun laporan laba rugi perusahaan menggunakan akrual basis, sehingga mungkin pada tahun tertentu ada biaya yang telah diperlakukan sebagai biaya (expense), tapi pada tahun itu tidak terdapat pengeluaran kas. Hal-hal inilah yang dikoreksikan pada net income akan berubah menjadi net cashflows dari operasional. Dengan demikian jika biaya amortisasi dan depresiasi ditambahkan, janganlah diartikan bahwa depresiasi dan amortisasi secara fisik akan mengakibatkan adanya aliran kas masuk sebesar itu. Ada beberapa kemungkinan pola aliran kas yang terjadi dalam perusahaan, yaitu: 1. Semua kegiatan (operasional, investasim dan keuangan) menghasilkan aliran kas yang positif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih besar dari pengeluaran kas. Pada keadaan pertama semua kegiatan menghasilkan penerimaan kas yang lebih besar daripada pengeluaran kas. Tentu dalam jangka panjang akan terjadi saldo kas yang besar. 2. Semua kegiatan (operasional, investasi dan keuangan) menghasilkan aliran kas yang negatif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih kecil dari pengeluaran kas. Ini kebalikan pola 1 di atas, sehingga dalam jangka panjang cadangan kas yang ada akan habis. 3. Kegiatan operasional positif sedangkan kegiatan investasi dan keuangan negatif. Pada pola ketiga, perusahaan menggunakan kas dari operasional untuk membayar hutang/pengembalian modal/membayar deviden dan untuk investasi. Pola ini dapat dikatakan ideal dan banyak pengamat mengatakan ini adalah keadaan penen kas. 4. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi positif tetapi kegiatan keuangan negatif. Sedangkan pada pola hasil penjualan investasi dan opersional digunakan untuk membayar hutang mengembalikan modal. 5. Kegiatan operasional negatif sedangkan kegiatan investasi dan keuangan positif. Ini berarti perusahaan menggunakan sebagian investasi dan penarikan pinjaman modal untuk membiayai operasional. Kegiatan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. 6. Kegiatan investasi negatif sementara kegiatan operasional dan keuangan positif. Perusahaan menggunakan cash dari operasional dan pinjaman/penarikan modal untuk melakukan investasi. 7. Kegiatan opersional dan investasi negatif sedangkan kegiatan keuangan positif. Perusahaan melakukan kegiatan operasional dan investasi yang sebagian dibiayai dengan dana pinjaman atau penarikan modal. Sebagian dana juga digunakan untuk operasional. Kondisi ini mungkin terjadi pada perusahaan yang sedang tumbuh. 8. Kegiatan investasi positif tetapi kegiatan operasional dan keuangan negatif. Perusahaan mungkin menjual investasi/aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan operasional dan pembayaran hutang/pembayaran ke pemilik. Persamaan, Perkiraan, dan Siklus Akuntansi March 6, 2008 at 5:26 am • Filed under Uncategorized By: Shinta Doriza, S.Sos, M.S.E., M.Pd. (Dosen Jurusan IKK-FT-UNJ) Pertemuan: 3 Maret 2008 (Dari Berbagai Sumber) PERSAMAAN AKUNTANSI Merupakan hubungan antara aktiva, kewajiban, dan modal yang dinyatakan dalam suatu persamaan dasar akuntansi: Aktiva = Kewajiban + Modal Setelah dimasukkan unsur pendapatan dan modal maka menjadi Aktiva = Kewajiban + Modal + Pendapatan – Beban Aktiva + Beban = Kewajiban + Modal + Pendapatan Aktiva • Biasa disebut: harta • Merupakan: o kekayaan yang dimiliki perusahaan o sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha Kewajiban • Biasa disebut: Hutang • Adalah sumber pembelanjaan perusahaan yang berasal dari kreditur Modal Merupakan sumber pembelanjaan perusahaan yang berasal dari pemilik Pendapatan • Adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual • Sebagai kenaikan bruto dalam modal atau diterimanya suatu aktiva dari langganan yang berasal dari barang dan jasa yang dijual Beban Adalah penurunan dalam modal pemilik, biasanya melalui pengeluaran uang atau penggunaan aktiva yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan PERKIRAAN AKUNTANSI • Adalah formulir untuk mencatat dan melakukan klasifikasi terhadap persamaan akuntansi menurut sifat-sifatnya sebagai aktiva, kewajiban, modal, beban, dan pendapatan. • Berdasarkan bentuk terdiri dari: o Sisi sebelah kiri, disebut: Debet (aktiva+beban) o Sisi sebelah kanan, disebut: Kredit (kewajiban+modal+pendapatan) • Terdapat aturan Debet dan Kredit • Artinya: penambahan atau pengurangan yang terjadi dalam perkiraan dapat dinyatakan dalam debet atau kredit. • Jumlah penambahan yang dicatat dalam suatu perkiraan biasanya sama atau lebih besar dari jumlah pengurangannya, sehingga saldo normal semua perkiraan adalah positif • Terdiri dari: o Perkiraan Riil  Disebut: Perkiraan Neraca  Terdiri dari: Aktiva, Utang, dan Modal o Perkiraan Nominal  Disebut: Perkiraan Rugi Laba  Terdiri dari: Beban dan Pendapatan SIKLUS AKUNTANSI • Merupakan tahapan urutan transaksi dan peristiwa kegiatan akuntansi dari awal sampai akhir periode akuntansi secara tidak terputus. • Terdiri dari: o Tahap Pencatatan: Dokumen transaksi, Jurnal, Buku besar, dan Neraca saldo o Tahap pengiktisaran: Ayat jurnal penyesuaian, Jurnal pembalik, dan Neraca lajur o Tahap Pelaporan: Laporan keuangan, Jurnal penutup, dan Neraca saldo setelah penutupan Dokumen transaksi Merupakan: langkah awal siklus akuntansi • dokumen yang berupa transaksi dan peristiwa yang terjadi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, misal: bon, kuitansi, formulir, dll. Jurnal • Adalah buku harian untuk mencatat transaksi keuangan menurut urutan tanggal ke dalam kelompok akun debet dan akun kredit. • Mengapa diperlukan? Karena dengan jurnal sudah lebih dulu o dianalisa apakah itu akan berakibat bertambahnya atau berkurangnya satu atau lebih perkiraan o dianalisa jumlah yang harus dicatat kepada satu perkiraan atau lebih o dianalisa apakah satu/atau lebih perkiraan di Debet atau Kredit o dianalisa bahwa akibatsuatu transaksi jumlah jangka Rupiah yang harus di Debet dengan yang harus di Kredit harus sama o dapat dibuatdapat dibuat tanda/reference bahwa suatu jumlah telah diposting ke perkiraan yang sesuai dengan di buku besar. Sesuai dengan nomor perkiraan Buku Besar • Merupakan daftar transakasi secara kronologis yang berupa pengelompokkan masing-masing perkiraan. • Proses pengelompokkan akun dari jurnal ke buku besar disebut posting Neraca Saldo • Merupakan pengelompokkan saldo akhir didalam buku besar • Fungsi: mengevaluasi adanya kesalahan posting atau penjurnalan melalui ketidaksamaan antara debet dan kredit. Ayat Jurnal Penyesuaian (AJP) • Memerlukan konsep penandingan yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait dalam periode yang sama. • Melibatkan sekurang-kurangnya satu perkiraan laba/rugi dan satu perkiraan neraca. • Misal: proses biaya menjadi beban Jurnal Pembalik Diperlukan untuk menghindari pengakuan pendapatan dan beban berganda karena penyusunan AJP. Neraca Lajur • Merupakan langkah optional untuk membantu penyusunan laporan keuangan. • Terdiri dari 10 kolom, yaitu: neraca saldo, ajp, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan l/r, neraca; masing-masing terdiri dari sisi debet dan kredit Laporan Keuangan Disusun berurutan dari laporan l/r, laporan perubahan modal, neraca, arus kas guna menjelaskan keterkaitan antara laporan keuangan. Jurnal Penutup • Diperlukan untuk menihilkan nilai perkiraan pada kelompok: penghasilan, beban, ikhtisar l/r, dan prive; pada awal periode berikutnya sehingga dapat menggambarkan kinerja perusahaan masing-masing periode. Neraca Saldo Setelah Penutupan Berisi perkiraan riil (perkiraan yang dilaporkan neraca) yang tidak dinihilkan